Friday 2 June 2017

Dua Begal Apes. Hendak Rampas Motor Anggota TIM ELANG Polres Justru Ditodong Senjata

   Taufik (18) warga Jalan Imam Bonjol 99, Pandansari Semarang Tengah dan Doni (18) Warga Kp Pandansari 7 Gendingan, Semarang Tengah,
dua begal yang beroperasi di Semarang ini bernasib sial saat hendak merampas kendaraan salah seorang warga yang juga merupakan anggota Tim penanggulangan kejahatan jalanan jajaran jatanras Polrestabes Semarang pada Kamis (1/6) sekira pukul 03.00 dini hari. Disamping menangkap dua orang tersebut, polisi juga menememukan sejumlah pil koplo , ciu dan sabuk gear yang diduga akan digunakan untuk melukai calon korbannya.

Dari keterangan Heri yang juga merupakan korban menjelaskan jika kejadian itu bermula saat dirinya hendak menuju ke Pos Patwal menjemput rekanya. Sesampainya di Jalan Dr Kariadi atau pertigaan kamar mayat ada sepeda motor Suzuki Satria yang dikendari dua orang membuntutinya hingga Trafic Light Kyai saleh.

”Saya dipepet, yang belakang mengeluarkan sabuk yang dimodifikasi gear, sambil menyuruh saya berhenti dan menyerahkan sepeda motor. Saat berhenti saya saya keluarin pistol yang setiap bergabung dengan Tim Elang selalu saya bawa,” ungkap Heri

Lanjut Heri, begitu dirinya mengeluarkan senpi dua orang begal itu ketakutan dan langsung tancap gas menuju arah taman KB Jalan Menteri Supeno. Tak ingin buruannya lepas Heri berusaha mengejarnya. Kebetulan dua begal itu menuju arah Simpang Lima yang beberapa tim Elang lainnya tengah beristirahat.

” saat melintas di Pos Patwal Simpang Lima saya mengkontak rekan rekan Tim Elang dan Reskrim yang masih standby dan ikut membantu melakukan pengejaran,” imbuhnya.

Dua pelaku yang dikejar itu bukanya berhenti namun tetap nekat melarikan diri menuju jalan pekunden. Namun Apes bagi keduanya mereka terjatuh setelah menabrak portal

” pelaku gak tau kalau Jalan pekunden ditutup portal, hingga akhirnya terjautuh dan tertangkap,” ujar Heri

Setelah dilakukan penggeledahan dari dua tersangka ini ditemukan beberpa Pil Koplo, botol ciu dan sabuk yang dilengkapi oleh gear, hingga berita ini diturunkan proses penyidikan kedua pelaku masih berlanjut.

Bolehkah Pemimpin Non Muslim

  Dimana ada pesawat terbang pastilah ada pilot yang mengendalikannya. Dimana ada kapal berlayar pastilah ada sang nahkoda yang mengkomandoi kapal tersebut. Seperti itulah konsep kepemimpinan di dunia ini. Setiap negeri di dunia ini tak lepas dari sosok sang pemimpin yg mengendalikan roda pemerintahan di negeri tersebut.
  Sunnah illahi menetapkan bahwa setiap makhluknya ini pasti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Maksud utama dari sunnah illahi tersebut agar tidak terpecah belah pendapat atau kemauan masing-masing golongan tersebut. Dengan adanya seorang pemimpin, umat tersebut dapat mengadukan permasalahan yang mereka hadapi. Ketiadaan pemimpin dalam suatu kaum dapat diibaratkan seperti orang yang menaiki kuda liar di siang hari, meloncat kesana kemari tanpa mengerti arah tujuannya.dan dikala malam bagaikan orang yang bepergian seorang diri di dalam hutan lebat dan sekelilingnya serba gelap gulita. Ia pun bingung kemanakah jalan yang hendak di tempuh agar keluar dari situ. Suatu kaum yang tidak ada pemimpinnya pastilah akan menjadi hancur lebur, karena semuanya merasa ingin menang sendiri dan tidak mau diperintah oleh yang lain.
  Karena itulah diperlukan sosok pemimpin/imam yg dapat mengatur dalam suatu kaum. Keberadaan imam ini mutlak dan penting adanya berdasarkan akal dan syara' (atau dalam bahasa filmnya biasa disebut dengan wajib bil aqli au bissyar'i) seperti yang dipaparkan di atas.
Di negeri Indonesia ini, roda pemerintahan dikendalikan oleh presiden yang dibantu oleh wapres, para menteri dan lainnya atau yang biasa disebut pemerintah. Lantas siapakah pemerintah itu sebenarnya?
  Pemerintah/Ulil Amri adalah orang yang diberi mandat mengurusi urusan-urusan yang bersifat umum dan kemaslahatan yang bersifat penting. Termasuk kategori Ulil Amri adalah setiap orang yang bertugas mengatur umat Islam seperti raja, Perdana menter, presiden, walikota pengatur ketertiban dan prajurit (al adab an-nabawi)
  Membetuk pemerintahan adalah sebagai media, bukan sebagai tujuan akhir, yaitu media untuk melaksanakan amar m'ruf nahi munkar. Untuk merealisasikan tujuan tersebut tidak akan berjalan maksimal kecuali dengan mengangkat seorang imam untuk ummat Islam (al imamah al a'dhomi :158)
  Lantas bagaimana jika dalam suatu negeri yang penduduknya minoritas Muslim dan yang menjadi pemimpinnya adalah non muslim, apakah umat Islam wajib taat terhadap pemimpin tersebut? Dan bagaimana hukumnya memberontak pemimpin yang sah kepempimpinannya?
  Imam maududi mensyaratkan untuk menjadi seorang pemimpin harus memenuhi empat hal berikut:
Pertama, harus orang Quraisy, selain orang Quraisy tidak bisa.
Kedua, merdeka, dewasa, berakal, berilmu dan adil.
Ketiga, ahli politik dan ahli dalam melaksanakan banyak hal.
Keempat, Paling utama dalam hal ilmu dan agama diantara sekian banyak rakyat (al amaududi :20)
  Dari keempat syarat tersebut, terdapat syarat yang masih janggal yakni syarat pertama. Jika pemimpin disyaratkan harus orang Quraisy, maka mustahil dilakukan. Karena tidak semua negeri terdapat orang Quraisy. Maka dari itu, sebagian ulama' ada yang berpendapat bahwa syarat u untuk menjadi pemimpin harus syaja'ah (berani) karena pada gholibnya orang-orang Quraisy betani-berani.
  perlu tegas kan  lagi bahwa keempat item tadi merupakan madlinnah (empat harapan kuat) seorang imam itu baik,jujur, dapat dipercaya yang selanjutnya bisa menghantarkan rakyat Pada tujuan awal tadi. Semakin terpenuhi dengan syarat-syarat tersebut, semakin dekat menuju masyarakat adil dan makmur.
  Imam abdul hamid as-syarwani menegaskan, jika sebuah kemaslahatan menuntut agar melantik pemimpin dari kalangan non muslim untuk mengurusi urusan-urusan yang tidak bisa dilakukan oleh kalangan umat Islam atau orang Islam yang dapat mengurusi perkara tersebut jelas-jelas berkhianat, sedangkan orang yang mempunyai amanah hanyalah orang non muslim sekalipun amanah nya timbul dari rasa takut kepada penguasa (pemimpin), Maka diperbolehkan melantik pemimpin dari kalangan non muslim berdasarkan keadaan dlorurot dan bagi orang yang mengangkat nya wajib mengawasinya dan mencegah agar didalam memimpin tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan umat Islam (hawasyi as-syarwani :73-74)
  Jadi semuanya adalah kembali kepada kesejahteraan atau kemaslahatan rakyat. Berdasarkan pada qoidah:

Artinya:"kebijakan pemimpin terkait erat dengan kemaslahatan rakyatnya". Qoidah ini telah dijelaskan oleh imam Syafi'i dengan perkataannya "kedudukan pemimpin terhadap rakyatnya seperti kedudukan pengurus anak yatim terhadap anak yatim yang diasuhnya" sedangkan dasar qoidah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh sa'id bin mansur didalam kitab Sunnahnya, ia berkata: "kita mendapat kabar dari abu al-ahwas dari abi ishaq al barra' bin azib, ia berkata sahabat Umar berkata:"sesungguhnya saya menempatkan diriku dari harta Allah seperti kedudukan pengurus anak yatim, apabila saya butuh saya mengambilnya dan apabila saya telah mampu maka saya mengembalikannya dan apabila saya berkecukupan maka saya menjaganya" (al asybah wan nadhoir :83)
  Lantas bagaimana jika kelompok yang menentang terhadap pemimpin yang sah kepempimpinannya??
  Ibnu arofah al maliki menjelaskan bahwa orang yang telah ditetapkan kepempimpinannya pada selain bentuk maksiat dengan cara pertikaian walaupun berdasarkan penakwilan(alasan) dikategorikan sebagai bughot(pemberontak) dan hukumnya​ adalah haram ( al fiqhu al islami wa adillatuhu/6 : 142)
  Maka dari itu, jika ada kelompok yang menentang terhadap pemimpin yang sah dapat dikategorikan sebagai bughot (pemberontak). Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda:


Atinya: "barang siapa melepaskan tangannya dari menaati imamnya, maka sesungguhnya ia akan datang kelak di hari kiamat dalam keadaan tidak mempunyai argumentasi (hujjah) yang membenarkan dirinya. Dan barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan memisahkan diri dari jamaah maka dia meninggal dunia seperti meninggal di masa jahiliyyah".
Memang idealnya menjadi pemimpin adalah seorang muslim yang bisa menjadi madlinnah dan hal-hal yang telah disebutkan tadi. Namun juga tidak bisa menjadi alasan seorang non muslim tidak boleh menjadi pemimpin. Apalagi Indonesia ini bukanlah negeri Islam, melainkan negara Pancasila yang semuanya berlandaskan oleh hukum. Oleh karena itu mengangkat pemimpin non muslim hukumnya sah-sah saja, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Polisi Tangkap Pelaku Curanmor yang Beraksi di Tanjung Priok

Jakarta - Seorang pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang sering beraksi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, ditangkap polisi. Pria berinisial YG ini mengaku sudah mencuri motor sebanyak lima kali.

"YG pelaku pencurian tersebut mengaku sudah lima kali melakukan pencurian motor di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Pelaku diringkus di Warung Kuningan Pos 8, Jalan Enggano Raya, Tanjung Priok pada Senin (15/5) kemarin," kata Kasat Reskrim AKP Dedi, Selasa (16/5/2017).

Kasus ini terungkap setelah seorang buruh tenaga kerja bongkar muat  Pelabuhan Tanjung Priok Ali Imron melapor ke polisi. Sepeda motor miliknya, Suzuki Satria FU, hilang di tempat parkiran Pos E Pelabuhan Tanjung Priok pada Rabu (3/5) lalu.

Kasus curanmor ini meresahkan para pekerja pelabuhan. Sebab, pengamanan di sana dirasa sudah ketat sekali. Setelah dilakukan penyelidikan selama beberapa hari, akhirnya YG yang merupakan warga Karawang, Jawa Barat ini diringkus polisi.

"Kasus pencurian ini sangat meresahkan para pekerja di Pelabuhan Tanjung Priok. Kasus curanmor di pelabuhan termasuk jarang terjadi mengingat pengamanan di pelabuhan sudah sangat ketat," ucap dia.

Dedi mengatakan kasus ini sebagai evaluasi bagi petugas keamanan Pelabuhan Tanjung Priok. Barang bukti yang disita dari YG di antaranya jalah satu set kunci letter T yang dipakai untuk mencuri motor dan kartu identitas yang disimpan di saku celana. 

Friday 26 May 2017

Merubah Moral Anak Melalui Pendidikan Agama

   'Alangkah lucunya negeri ini'. Seperti itulah gambaran negeri kita Indonesia versi sutradara kawakan deddy mizwar. Kondisi bangsa kita yang digambarkan dalam film komedi SATIRE itu memang tidak sama persis dengan kenyataan. Bisa jadi lebih baik atau malah sebaliknya, lebih buruk. Namun setidaknya penggalan-penggalan kisah hidup dalam film yang menerima 13 penghargaan itu, benar-benar nyata terjadi di tengah masyarakat kita. Miris rasanya. Tapi itulah faktanya.
  Permasalahan-permasalahan yang kini terus terjadi di tengah kehidupan berbangsa semakin hari semakin memilukan hati. Mulai dari kasus korupsi yang menimpa petinggi di semua level tingkatan pemerintahan dari pusat sampai kelurahan, banyaknya wakil rakyat yang dipenjara usai menjabat, kasus bank century yang sudah mulai (di) kabur (kan), kasus gayus yang melibatkan pejabat hukum,pengusaha politisi kini lamat-lamat mulai lenyap, kebiasaan berbohong oleh pejabat pemerintah. Penggelapan uang ban, penipuan dan berbagai macam tindakan lain yang tak terpuji dan merugikan masyarakat banyak.
  Apa sebenarnya akar masalah dari semua itu?  Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tidak ada salahnya saya ambilkan pendapat A. musthofa bisri (gus mus) dari tulisan yang pernah dimuat di koran indo pos. Menurut Gus Mus akar masalah itu berawal dari bergesernya pandangan hidup kita, terutama konsep kita tentang kehidupan di dunia ini. Dulu orang jawa, misalnya, mempunyai falsafat "hidup di dunia ini hanyalah ibarat mampir ngombe, mampir minum". Ini hampir senada dengan anjuran nabi Muhammad SAW "kun fiddunya kaannaka ghariibun au 'aabiru sabiil". jadilah kamu di di dunia ini seolah-olah orang asing atau penyeberangan jalan". Karena da pandangan hidup inilah, kesederhanaan hidup menjadi sebuah anutan masyarakat  sisa-sisa budaya kesederhanaan ini masih bisa dijumpai meski sudah langka di desa-desa.
  Ironinya. Filsafat Jawa "mampir ngombe" yang agamis itu, menurut Gus Mus kini mulai tampak terabaikan lalu seperti dilupakan sejak kekuasaan raja Jawa suharto. Entah disadari atau tidak, fakta dalam masa kekuasaannya yang sekian lama; Suharto laiknya pendidik yang genial telah berhasil mendidik negara ini mencitai kehidupan duniawi sedemikian rupa, sehingga nyaris tak ada lagi warga negeri ini yang memandang jeh k kehidupan duniawi ini biasa-biasa saja. Yang kalaupun menganggap penting, hanyalah sebagai wasilah atau sarana bagi kehidupan yang lebih esensial dan abadi di akhirat. Semua orang seolah-olah berlomba menjadi orang kaya seperti pendidik dan panutannya itu. Harta dan kekuasaan pun menjadi idaman dan kepentingan setiap orang.
  Gus Mus mengajak kita untuk mencoba menelusuri smua perangai aneh yang membuat kerusakan di negeri ini, seperti misalnya, penegakan hukum yang justru melecehkan hukum dan preman yang mengatur keamanan atau mengatur pengadilan. Hal-hal yang mengakibatkan hukum tidak dihargai, banyak orang main hakim sendiri, dan kerugian negara yang tak terkira. Seperti juga pemimpin yang bertikai dengan sesama pemimpin, wakil rakyat yang tidak pernah memikirkan rakyat dan hanya memikirkan diri sendiri, yang berakibat krisis kepercayaan. Maling yang memegang jabatan-jabatan penting sehingga mengakibatkan kerusakan dimana-mana. Belum lagi perangai-perangai ganjil masyarakat kita seperti orang tua yang menjual anaknya sendiri. Menantu yang mencetak mertuanya, anak-anak yang bunuh diri dan sebagainya. Bila ditelusuri perangai-perangai aneh yang berakibat buruk itu, saya akan ditemukan bahwa yang mengatur semua itu adalah 'tuhan' yang namanya kepentingan duniawi.

Pendidikan Ala pesantren
   rasanya sudah berbagi macam cara ditawarkan oleh kyai, ustadz, pakar pendidikan, pemerintah untuk mengobati penyakit 'menuhankan' kepentingan dunia tersebut. Namun tetap saja tidak memberi pengaruh yang berarti. Kita tentu tidak boleh pesimis dengan ikhtiar memerangi kebiasaan buruk yang sudah mengakar berurat dan masuk kedalaman sendi-sendi kehidupan masyarakat kita. Jangan sampai generasi penerus umat yang kini masih duduk di bangku sekolah dan masih steril dari keinginan ' menuhankan ' materi turut terkontaminasi penyakit tersebut.
  Salah satu upaya yang dilakukan oleh para kyai dan ustadz adalah melalui pendidikan yang berbasis nilai-nilai agama yang kuat. Seperti pendidikan agama yang berbasis kitab kuning (pesantren ). Disini, para kyai, ustadz, guru memberi suri tauladan kepada anak didik secara langsung. Kehidupan keseharian kyai yang memandang materi bukan sebagai tujuan hidup di dunia, sangat memberi pengaruh terhadap mental anak didiknya. Nilai-nilai islam yang terkandung dalam al-qur'an dan hadist dan dijabarkan oleh para ulama melalui kitab kuningnya dan disampaikan oleh para kyai, ustadz dan guru yang memiliki teladan yang baik akan membentuk karakter anak didik yang baik pula. Sehingga ketika mereka terjun ke masyarakat, masuk ke dunia kerja, terlibat dalam organisasi politik bekal yang dimiliki sudah memadai.
   Nilai kejujuran, kerja keras, tanggung jawab, semangat pengorbanan dan komitmen pembelaan terhadap kaum lemah merupakan nilai-nilai universal yang diajarkan di dalam lembaga pendidikan berbasis pesantren. Semua itu akan diserap oleh anak didik yang dapat membentuk setiap pribadi dan perilaku dimanapun mereka berada. Disadari atau tidak, bangsa Indonesia sangat memerlukan model pendidikan seperti yang diterapkan di dalam lembaga pendidikan yang berbasis kitab kuning (pesantren). Kita bisa melihat di berbagai negara-negara sudah mencobanya. Didalam sistem pendidikan nasional, Indonesia bukan tidak pernah mencoba menerapkan pendidikan seperti itu.  Indonesia pernah menyelipkan pendidikan agama di dalam sistem pendidikan nasional. Tetapi, pengalaman menunjukkan, berbagai program pendidikan dan pengajaran seperti pelajaran budi pekerti,  pendidikan pancasila dan kewargaan negara (PPKN) pendidikan moral pancasila (PMP), pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (P4), belum mencapai hasil optimal, karena pemaksaan konsep yang sekularistik dan kurang seriusnya aspek pengalaman. Dan sepertinya, tidak ada contoh dalam pembelajaran itu secara konkret, padahal, program pendidikan betkarakter seperti yang ditetapkan di dalam lembaga pendidikan islam,  sangat memerlukan contoh dan keteladanan, seperti yang dicontohkan kyai, garuda ustadz di pesantren-pesantren.
  Melalui pendidikan agama yang berbasis pesantren dan mengajarkan kitab-kitab ulama salafus salah, serta dibimbing oleh para kyai, ustadz dan guru yang memiliki teladan akhlak dan moral yang baik akan menghantarkan anak didik dan generasi umat ke depan pintu gerbang keselamatan di dunia dan di akhirat kelak. Dibarengi ikhtiar dan doa dari orang tua,  diikuti contoh budi pekerti yang baik dari lingkungan keluarga, insyaallah kita akan memetik generasi umat yang kuat budi pekerti dan akhlaknya. Sehingga ketika mereka kelak menduduki jabatan-jabatan penting di dalam pemerintahan tidak kemudian silau harta dan jabatan.  Atau jika mereka kelak menjadi pengusaha sukses,  maka tetap rendah hati dan peduli terhadap mereka yang membutuhkan.  SEMOGA!

Saturday 15 April 2017

Remaja Sekarang

   Masih ada dalam ingatan kita sebuah pantun "Lain bulu lain cakallang, Lain dulu lain sekarang". Pantun ini sering dijadikan argumentasi dikalangan remaja bila berbincang dengan orang tuanya dengan tujuan memberi bobot legitimasi terhadap perubahan dalam dirinya. perubahan itu tercermin dalam realitas sikap, pola fikir maupun tingkah laku remaja dewasa ini, peruahan iti makin cepat bila digabung dengan kecenderungan gaya hidup yang kini telah mejadi salah satu ciri kehidupan masyarakat modern.

  Perubahan yang mengkhawatirkan tersebut, akan mudah diserap kawula muda kerena adanya image menganggap baik apapun yang datang dari barat, disamping juga faktor media informasi dan komunikasi yang sangat cepat menyebar. penyerapan budaya dari barat tanpa adanya filter yang ketat melalui media cetak maupun sosial, makin tak terbendung. apalagi setelah adanya Internet yang mampu mengakses berbagai informasi yang terjadi di seluruh dunia dengan cepat sehingga bumi ibarat "perkampungan dunia" tanpa adanya dinding  yang membatasi.
  dulu kita masih dapat merasakan bagaimana santunnya remaja yang berbahasa dengan benarseperti bentuk penghormatan terhadap yang lebih tua, menghargai seusianya dan menyayangi Mereka yang dibawahnya. sopan santun yang tetap terjaga dalam kehidupan sehari- hari pada saat itu mencerminkan kaya dan tingginya nuansa peradaban masyarakat yang dimiliki oleh negara kita, demikian dengan remaja dalam menyelesaikan pertentangan dengan orang tua, tetap dengan suasana sejuk dan tetap berlaku hormat 
wajah suram remaja sekarang 
  usia remaja dalam pandangan psikologi merupakan masa pertumbuhan jiwa yang penuh energitas untuk memenuhi rasa ingin tahunya, dan fase pencarian jati diri untuk membentuk kepribadian seseorang. pada usia seperti ini, seorang remaja sangat dekat, bahkan haus dengan sesuatu yang bersifat baru dalam kehidupannya.
  kecenderungan ini sangat positif jika ditopang oleh nilai agama yang kokoh, selektif dalam menyerap sesuatu yang baru dan kritis dalam memilih kegiatan sebagai sarana aktualitas dirinya. Dan bisa menjadi negatif bila aktualisasi perkembangan jiwa dijalankan remaja tidak mempertimbangkan aspek manfaat atau baik buruknya muatan arus-arus baru, malah justru lebih banyak mendorong remaja tersebut dalam "kubangan" kehidupan negatif, yang ditandai dengan pola hidup "serba boleh"
  sebuah watak dasar yang berjalan tanpa landasan agama hanya akan mampu menyerap hal- hal baru yang bernuansa negatif, seperti dikatakan William stren psikolog Jerman dalam bukunya: psikologi perkembangan: 
"Awal mula remaja terpengaruh oleh hal- hal negatif disebabkan oleh apa yang didengar. Oleh rasa ingin tahu yang terlalu tinggi, maka timbul keinginan untuk melihat, setelah melihat lebih jauh lagi, ingin merasakan yang repotnya setelah yang merasakan akhirnya kerap ketagihan".
  Semua itu tanpa menafikan remaja yang berprestasi dan kreatif memanfaatkan waktunya pada kegiatan yang positif seperti pramuka.OSIS maupun aktivitas positif lainnya. Di sisi lain banyak pula remaja dewasa, terbenam dan larut dalam pola hidup yang tidak bermanfaat, seperti pergaulan gaya hidup bebas yang bangga pada kehidupan malam,diskusikan dan obat-obat terlarang. Ironisnya jika kegandrungan ini kemudian menjadi simbol kemajuan dan kemoderenan remaja masa kini. Sehingga mereka yang tidak pernah keluar malam,keluyuran, bergaul dan bergabung dengan rekan-rekannya di Plaza atau mal,cafe maupun tempat hiburan lainnya, dianggap tidak memiliki karakter remaja masa kini. Kegandrungan terhadap pola hidup remaja seperti ini sudah membudaya dimana-mana.
  Malahan yang lebih hina lagi banyaknya ABG yang menjajakan diri sebagai mana banyak terungkap diberbagai majalah,koran belakangan ini. Ironisnya ia menganggap bahwa perbuatan seperti itu adalah wajar-wajar saja.
  Bisa dibayangkan pada usia yang masih dini mereka sudah terbiasa mengkonsumsi barang mewah dari hasil bermain dengan om-om, yang sama sekali tidak dikenalnya. Dan anehnya tidak jarang dari mereka adalah remaja-remaja dari kalangan keluarga yang dikategorikan tidak miskin materi. Jika fenomena ini menjadi hal biasa bagi remaja sekarang. Makassar dibayangkan bagaimana dahsyatnya corak tantangan dan suramnya wajah remaja yang akan datang. Mungkin hilangnya budaya timur yang penuh dengan tata krama dan etika yang tinggi adalah penyebab utama merosotnya moral remaja sekarang. Rasa malu tidak lagi menjadi "pakaian kebesaran"namun sudah menjadi barang langka yang mahal harganya.

PENDIDIKAN AGAMA SEJAK DINI
  Perkembangan di berbagai bidang yang mengalami percepatan dewasa ini menyadarkan kita semua betapa berat besok besar dan corak tantangan masa  depan, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Namun adalah mutlak dan wajib kiranya bagi seluruh komponen kehidupan berbangsa dan bernegara ini untuk mengantisipasi akses negatif yang turut serta didalamnya.
  salah satu langkah fundamental untuk mempersiapkan remaja menghadapi terpasang angin globalisasi di masa mendatang adalah pendidikan agama sejak dini, sebelum berinteraksi dengan dunia luar, yang diharapkan mampu menjadi pondasi bagi perkembangan tingkah laku anak tersebut. Penanaman etika harus diterapkan terhadap corak kehidupan masa mendatang yang makin tidak menentu. Hal ini terjadi karena dekadensi moral sudah merebak sehingga dapat meluas dan semakin farmasi bentuknya setelah dipacu oleh kondisi pola hidup individualisme dan materialisme sebagai identitas masyarakat modern sekarang ini.
Wajah suram remaja masa depan dapat diidentifikasi melalui tela'ah fenomena tingkah laku remaja saat ini. Bila tontonan laku Remaja sekarang dikategorikan buruk, maka dapat diproyeksikan bahwa lebih buruk pula lah remaja yang akan datang! 
  

Friday 7 April 2017

BAHTSUL MASAIL TENTANG ZAKAT

LATAR BELAKANG
   Banyak kita jumpai dimasyarakat membentuk panitia penghimpun zakat (bukan pengangkatan imam) yang​ hasilnya dibagikan kepada masyarakat.

Pertanyaan :
   Bolehkah panitia tersebut mengambil zakat atas nama Amil?

Jawab         :
   Tidak boleh karena dia bukan Amil

مأخذبشرى كريم ص ٥٩ اسعادالرفيق ص ١١٢
والصنف الخامس العاملون عليها اى من نصبه الامام لاخذالزكوات ولم يجعل له اجرة من بيت المالوالا سقط

Bagian ke 5( Al amiluna 'Alaiha) yaitu orang yang diangkat oleh kepala negara untuk mengambil harta zakat dan orang tersebut tidak menerima gaji dari baitul mal kalau tidak demikian maka gugur.( Busyro Karim,59 dan Is'adur Rofiq 112)

Thursday 6 April 2017

FILOSOF MUSLIM

  Semenjak umat islam dapat menaklukkan selat giblaltar dan menguasai selat andalusia(spanyol) maka terbukalah pintu masuk ke dunia barat yg merupakan pusat ilmu pengetahuan Romawi dan Yunani semisal Logika, Aritmatika, Kimia Filsafat dan yg lainnya. Maka muncullah Cendikiawan-cendikiawan muslim. Mereka tidak hanya mempelajari ilmu keagamaan, melainkan ilmu barat yg sangat kontras dg ajaran agama islam. salah satu ajaran yg dipelajari adalah ilmu filsafat, yaitu ilmu yg mempelajari sesuatu dg pedoman akal(rasio). namun para filosof muslim hanya menggunakan rasio sebagai pelengkap saja.
AL KINDI(185 H/801 M)
  Dialah filosof muslim pertama yg bernama lengkap ABU YUSUF YA'QUB IBNU ISHAQ IBNU SABBAH IBNU IMRAN AS'AD BIN QOIS AL KINDI. Ayah Al kindi menjadi gubernur di kuffah selama masa kekholifahan Abasiyah Al Mahdi dan Al Rosyid.
  Buah karya beliau yg terkenal antara lain: Filsafat logika ilmu, musik, astronomi, meteorologi dan sebagainya. Sebagian dari karyanya diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh Gerad dari Cremona dan sangat mempengaruhi pemikiran Eropa pada abad pertengahan.
  Menurut Al kindi FILSAFAT, Pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas kemampuan masing-masing manusia. Pada salah satu akhir karyanya beliau melambangkan ALLAH  dengan istilah " KEBENARAN" yang merupakan tujuan filsafat. " Maka yang satu yang benar ( AL WAHID AL HAQ) adalah yang pertama, sang pencipta, sang pemberi Rizqi semua ciptaannya......" dan pendapat Al kindi tentang kemaujudan Allah bertumpu pada keyakinan akan hubungan sebab akibat, segala yang maujud pasti ada yang menciptakannya, dialah ALLAH